Tanggal 1 Ramadan 2025 Menurut Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU

Tanggal 1 Ramadan 2025 Menurut Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU
(Foto hayatikayhan dari iStockphoto)
Kata puasa berasal dari kata "As-shaum" yang berarti menahan diri dari suatu perbuatan. Dalam bahasa Arab disebut 'shaum' atau 'shiyam' yang bermakna al-Imsak, yaitu menahan diri atau berpantang dari suatu perbuatan tertentu. Kata "shaum" secara linguistik bermakna menahan diri dan diam.

Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata-mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu. Ibadah yang dilakukan oleh seorang mukallaf dengan menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Pada tahun ini, penetapan awal Ramadan kembali menjadi perhatian umat Islam di Indonesia. Bertepatan dengan 1446 Hijriah, Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Ramadan akan dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025.

Namun, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan melakukan Sidang Isbat pada Jumat, 28 Februari 2025. Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) belum memberikan keterangan resmi terkait penetapan ini.

Muhammadiyah: 1 Ramadan 2025 pada 1 Maret

Berdasarkan maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang dilansir melalui laman Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada 22 Januari 2025, awal puasa Ramadan 1446 H ditetapkan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.

Penetapan ini menggunakan metode Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), yang telah menjadi acuan Muhammadiyah sejak lama.

“1 Ramadan 1446 H: Sabtu, 1 Maret 2025,” jelas PP Muhammadiyah dalam maklumat tersebut.

Muhammadiyah juga menyebut bahwa Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H akan jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025, berdasarkan metode yang sama.

Pemerintah: Menunggu Hasil Sidang Isbat

Kementerian Agama akan menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal Ramadan pada Jumat, 28 Februari 2025. Mengutip pernyataan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, di laman resmi Kemenag pada Senin, 10 Februari 2025, sidang ini akan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat.

“Sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan DPR dan Mahkamah Agung,” ujar Abu Rokhmad.

Sidang Isbat terdiri dari tiga tahap: pemaparan data posisi hilal berdasarkan hisab, verifikasi hasil rukyatul hilal, dan musyawarah untuk pengambilan keputusan.

Menurut Arsad Hidayat, Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, berdasarkan data hisab awal Ramadan 1446 H, ijtimak akan terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 07.44 WIB. Ketinggian hilal diperkirakan sudah di atas ufuk dengan sudut elongasi yang memenuhi kriteria.

“Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat,” jelas Arsad.

Namun, Kalender Hijriah yang dirilis Kemenag menunjukkan bahwa Tanggal 1 Ramadan diproyeksikan pada Sabtu, 1 Maret 2025, namun kepastian akan bergantung pada hasil Sidang Isbat.

NU: Belum Ada Keputusan Resmi

Hingga saat ini, Nahdlatul Ulama (NU) belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait penetapan awal Ramadan 1446 H. Namun, NU biasanya mengacu pada metode rukyatul hilal sebagai pedoman utama.

Dalam tradisi NU, penentuan awal bulan dalam kalender Islam dilakukan dengan menggabungkan hasil rukyat dan hisab, sesuai kaidah fiqhiyah yang dianut oleh organisasi tersebut.

NU diperkirakan akan mengikuti hasil Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama, seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Keputusan akhir dari NU biasanya diumumkan setelah hasil rukyat disahkan oleh pemerintah.

Next Post Previous Post