Kurs Dolar-Rupiah Hari Ini, Bank BCA, Minggu 1 September 2024, Dolar pada Rupiah Senilai Rp 15.455
(Foto kurs Dolar-Rupiah melalui laman Wise) |
Rupiah tergelincir di akhir pekan, Jumat (30/8). Mata uang garuda tertekan dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat usai rilis data ekonomi yang menunjukkan perbaikan.
Mengutip Bloomberg, (30/8), rupiah di pasar spot menguat sekitar 0,23% secara mingguan ke level Rp 15.455 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.492 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga menguat sekitar 0,52% secara mingguan ke level Rp 15.473 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.554 per dolar AS.
Namun, rupiah terpantau melemah sekitar 0.20% secara harian di pasar spot ke level Rp 15.455 per dolar AS pada Jumat (30/8). Rupiah Jisdor BI juga melemah sekitar 0,41% secara harian ke level Rp 15.473 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati, dolar AS terbantu oleh tanda-tanda ketahanan ekonomi AS yang terus berlanjut. Ini terjadi setelah data produk domestik bruto (PDB) AS yang dirilis kemarin menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada kuartal kedua 2024.
(Foto kurs Dolar-Rupiah melalui laman Bank BCA) |
Selain itu, rupiah melemah hari ini dipengaruhi penantian investor terhadap data indeks harga Price Consumption Expenditure (PCE) AS yang akan dirilis Jumat (30/8) malam. Pengukur inflasi pilihan Fed tersebut diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit meningkat pada bulan Juli.
“Ekonomi yang kuat dan inflasi yang lesu dapat membuat Fed kurang bersemangat untuk memangkas suku bunga secara tajam,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Jumat (30/8).
Ibrahim melihat, para pedagang saat ini masih mempertahankan taruhan untuk pelonggaran pada bulan September. Mereka (para investor) lebih condong ke arah pemotongan yang lebih kecil, 25 basis poin (bps), berdasarkan data CME Fedwatch.
Dari Asia, pelemahan rupiah di akhir pekan berkaitan dengan rilis data indeks harga konsumen Tokyo menunjukkan inflasi tumbuh sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan pada bulan Agustus. Terpantau inflasi inti bergerak kembali mendekati target tahunan Bank of Japan (BOJ) sebesar 2% di tengah peningkatan belanja swasta.
Akibatnya, pembacaan tersebut memperkuat gagasan bahwa peningkatan inflasi akan memberi BOJ lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Pembacaan inflasi indeks harga produsen Tokyo juga membuat pasar mengabaikan hasil produksi industri dan penjualan ritel yang mengecewakan.
Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan melemah di perdagangan awal pekan depan, Senin (2/9). Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melemah dalam rentang Rp 15.440 – Rp 15.520 per dolar AS.