Kurs Dolar-Rupiah Hari Ini, Bank Mandiri, Sabtu 17 Agustus 2024, Dolar pada Rupiah Senilai Rp 15.697
(Foto kurs Dolar-Rupiah melalui laman Google Finansial) |
Pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (16/08) kemarin, pergerakan nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan meskipun sempat mengalami tekanan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup naik sebesar 0,04% atau 6,5 poin ke level Rp15.693 per dolar Amerika Serikat (AS), setelah sebelumnya sempat tertekan hingga 25 poin.
Di hari yang sama, indeks dolar AS tercatat melemah tipis sebesar 0,07% ke posisi 102,732. Ini menjadi salah satu faktor yang turut mendukung penguatan rupiah. Selain itu, pergerakan mata uang di kawasan Asia lainnya juga menunjukkan tren yang bervariasi terhadap dolar AS.
Beberapa mata uang Asia yang menguat antara lain yen Jepang yang naik 0,40%, baht Thailand yang menguat 0,18%, won Korea yang naik signifikan sebesar 0,68%, serta dolar Singapura yang menguat 0,22%. Sementara itu, dolar Hong Kong dan yuan China masing-masing naik 0,04% dan 0,11%. Ringgit Malaysia juga mengalami penguatan tipis sebesar 0,11%.
Namun, tidak semua mata uang Asia mengikuti tren positif ini. Peso Filipina tercatat melemah cukup signifikan sebesar 0,52%, sementara rupee India sedikit tertekan dengan penurunan 0,01%. Adapun dolar Taiwan cenderung stagnan tanpa perubahan berarti.
(Foto kurs Dolar-Rupiah melalui laman Bank BCA) |
Penguatan rupiah ini terjadi di tengah pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI, di mana ia memaparkan capaian infrastruktur dan asumsi makroekonomi dalam RAPBN 2025.
Dalam pidato tersebut, Jokowi mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah pada kisaran Rp16.100 per dolar AS untuk tahun 2025. Pidato ini tampaknya memberikan angin segar bagi pasar, yang merespons dengan positif, meskipun nilai tukar rupiah sebelumnya tertekan oleh penguatan dolar AS.
Di tengah optimisme pasar, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR/DPR-RI pada hari yang sama, membanggakan pencapaian ekonomi Indonesia selama satu dekade terakhir di bawah kepemimpinannya. Jokowi menyoroti pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5 persen, keberhasilan dalam mengurangi kemiskinan dan stunting, serta pencapaian dalam pembangunan infrastruktur dan hilirisasi sumber daya mineral.
“Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mampu pulih lebih cepat, bahkan terus bertumbuh,” ungkap Jokowi.
Ia menambahkan bahwa angka kemiskinan ekstrem berhasil ditekan hingga 0,8 persen dan angka stunting turun menjadi 21,5 persen pada tahun 2023.