Kurs Dolar-Rupiah Hari Ini, Bank BCA, Selasa 18 Juni 2024, Dolar Mulai Sehat Mencapai Rp 16.396
(Foto Kurs Dolar-Rupiah melalui laman Google Finansial) |
Kondisi ini tentu menimbulkan kekhawatiran dan memerlukan perhatian serius berbagai pihak. Itu karena kita tentu tidak ingin sejarah kelam perekonomian Indonesia, yaitu krisis moneter 1998 terulang, lantaran nilai tukar rupiah saat itu mencapai angka Rp16.800.
Ketakutan itu bukannya tak beralasan. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyatakan, bila dolar Amerika terus menguat, masyarakat akan menanggung dampaknya.
(Foto kurs Dolar-Rupiah melalui laman Bank BCA) |
Beberapa sektor juga berpotensi rentan mengalami inflasi. Misalnya sektor farmasi yang memproduksi obat-obatan, otomotif yang memproduksi kendaraan, kemudian elektronik yang memproduksi barang-barang seperti telepon genggam, laptop, dan masih banyak sektor lainnya.
Di sisi lain, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menyoroti, menguatnya kurs dolar Amerika dapat mengganggu harga energi. Terutama bahan bakar minyak (BBM).
Selama Indonesia masih mengimpor minyak dari luar negeri, dan harga jual dari negara produsen terus melonjak karena dipengaruhi kurs dolar, bisa saja subsidi BBM dipangkas. Kondisi itu pada akhirnya membuat harga BBM di masyarakat melonjak.
Saat kondisi ekonomi global juga semakin tidak pasti, investor tentu akan merelokasi aset mereka dalam mata uang dolar, yang dianggap salah satu tindakan aman dan populer. Selain itu, eksportir pun akan memarkir sebagian besar devisa hasil ekspor ke luar negeri.
Dua hal itu tentu akan mengurangi volume dolar Amerika Serikat di dalam negeri, dan menekan cadangan devisa Indonesia. Artinya ini memiliki konsekuensi negatif berupa depresiasi atau melemahnya nilai rupiah.