|
(Foto film How to Make Millions Before Grandma Dies dari IMDB) |
How to Make Millions Before Grandma Dies atau Lahn Mah sedang tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (15/5) lalu. Film besutan sutradara Pat Boonnitipat ini telah berhasil mencuri perhatian pencinta film di Tanah Air dengan ceritanya yang hangat dan bikin nangis bombay.
Secara singkat, film ini menceritakan tentang M (Billkin Puttiphong) yang merawat neneknya atau Amah/Mengju (Usha Seamkhum) yang terkena kanker stadium empat. Pada awalnya, M rela merawat sang nenek karena terinspirasi dengan sepupunya yang berhasil mendapatkan warisan dari kakeknya dan ia ingin bernasib sama.
Jika Beauties belum menonton film Thailand terlaris di Indonesia ini, ada tiga alasan mengapa kamu harus menonton film How to Make Millions Before Grandma Dies. Daripada penasaran, yuk, baca terus hingga akhir!
Cerita yang bersumber dari Kehidupan Nyata
Premis cerita yang ditampilkan dalam film ini memang sederhana, yakni tentang cucu yang merawat neneknya demi harta warisan. Namun, banyak kisah kehidupan yang diungkap melalui karakter M, Amah, dan anak-anaknya. Cerita tersebut sangat dekat dengan kehidupan nyata, apalagi kultur Thailand yang mirip dengan Indonesia.
Amah diceritakan sebagai lansia yang hidup sendirian di sebuah rumah kuno yang berada di gang sempit. Walau sang tokoh berkata bahwa ia tak merasa kesepian, penonton akan merasakan bahwa Amah sebenarnya membutuhkan orang lain. Hal ini dekat dengan realita bahwa orangtua di masa senja ditinggal anak-anaknya dan seakan-akan nggak mau merepotkan sang anak.
Sang sutradara dan penulis mampu memperlihatkan beberapa masalah keluarga dengan realistis. Dapat dilihat saat perdebatan siapa yang akan merawat Amah yang sedang sakit, perebutan harta warisan, hingga perbedaan nasib yang sangat terlihat antara saudara satu dengan yang lainnya.
Tokoh M yang diperankan oleh Billkin juga dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. M digambarkan sebagai sosok pemuda yang kurang peduli dengan budayanya, seperti nggak mengerti bahasa Mandarin dan melakukan ritual dengan setengah hati padahal terlahir dari keluarga Thailand-Tionghoa.
Pemilihan wardrobe, latar tempat, scoring, dan color grading dengan sempurna mendukung jalannya cerita. Belum lagi banyaknya simbol-simbol penuh makna, salah satunya pohon delima, yang akan membuat penonton menitikkan air mata di akhir cerita.
Akting yang Memukau dari Semua Pemeran
Ada beberapa nama familiar yang memerankan karakter-karakter di film ini, tetapi juga ada wajah baru. Ternyata, film ini merupakan film debut dari Usha Seamkhum yang memerankan tokoh Amah. Walau begitu, ia berhasil memerankan sosok nenek yang sangat sayang dengan keluarganya dengan sangat baik. Hingga mampu membuat penonton menjadi rindu dengan nenek mereka sendiri.
Chemistry yang ditampilkannya dengan ketiga anaknya dan cucu-cucunya terlihat seperti keluarga asli. Apalagi antara M dan Amah yang menjadi tokoh sentral dalam film ini, interaksi-interaksinya dibuat senatural mungkin dan terlihat adanya pengembangan karakter di antara keduanya.
Salah satu contoh perkembangan karakter itu, M yang awalnya cuek menjadi sosok yang peduli kepada neneknya. Amah yang awalnya sulit untuk mengungkapkan rasa, tiba-tiba berkata kepada M bahwa hatinya senang ditemani oleh cucu pertamanya itu.
Film ini pun merupakan film pertama Billkin sebagai pemeran utama. Sebelumnya, ia pernah menjadi pemeran figuran yang tampil hanya beberapa detik dalam film GDH lainnya yakni Brother of the Year yang tayang pada tahun 2018. Namun, ia telah membintangi beberapa serial hits Thailand dan mendapatkan penghargaan berkat kepiawaiannya dalam berakting.
Pemeran-pemeran lainnya juga harus diacungi jempol. Seperti Tu Tontawan yang juga berhasil memerankan karakter Mui, sepupu M yang menjadi pendorong pemuda itu untuk melakukan hal yang sama dengannya.