Kenali Musim Kemarau di Tahun 2024 Menurut BMKG Indonesia
(Foto oleh Varunee Somwat dari iStockphoto) |
Sejumlah wilayah di Indonesia selama Februari hingga awal Maret 2024 ini masih diguyur hujan ringan maupun lebat. Banyak dari masyarakat bertanya, "Kapan musim kemarau datang?"
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi masa peralihan musim hujan ke musim kemarau akan terjadi pada Maret hingga April. BMKG mendapati puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah.
"Mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip dari laman BMKG, Jumat (8/3/2024).
Ciri-ciri Musim Kemarau Datang
Dwikorita mengatakan ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang terjadi di sore hari hingga menjelang malam. Pada saat itu, hujan akan didahului oleh udara hangat dan terik pada pagi hingga sore hari.
Di masa peralihan, radiasi matahari yang diterima pada pagi menjelang siang cukup besar. Hal tersebut memicu pengangkatan massa udara (konveksi) dari permukaan bumi ke atmosfer, sehingga membentuk awan.
Dwikorita menambahkan ciri lain pada masa peralihan ini adalah intensitas hujan yang tidak merata. Hujan akan terjadi secara sedang hingga lebat dengan durasi yang singkat.
"Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," kata Dwikorita.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto pun menyebut beberapa fenomena atmosfer masih dapat memicu peningkatan curah hujan. Salah satunya karena aktivitas monsun asia yang masih dominan.
Selain itu, masih ada aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia bagian timur) dan aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian selatan, timur, dan tengah.
"Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia," imbuhnya.
Imbauan BMKG di Masa Peralihan
Dwikorita mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan di masa cuaca cepat berubah ini. Menurutnya, cuaca panas dan hujan dapat silih berganti dengan cepat setiap harinya.
Hal tersebut dapat mengganggu daya tahan tubuh. Dwikorita juga berpesan masyarakat dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan dengan menggunakan perangkat pelindung diri untuk terjaga dari terik matahari maupun hujan.
"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkapnya.