Indonesia Bakal Alami Masalah Jumlah Petani seperti Dialami Jepang Sekarang
(Foto oleh PhanuwatNandee dari iStockphoto) |
Petani adalah seseorang yang bekerja di bidang pertanian, baik secara mandiri maupun sebagai karyawan di perusahaan pertanian.
Tugas utama petani adalah mengelola tanah dan menanam
tanaman, seperti padi, buah-buahan, sayur-mayur, bunga, dan lain sebagainya.
Petani juga bertanggung jawab untuk merawat tanaman, memanen hasil panen, dan
menjaga kualitas tanah dan lingkungan sekitar.
Petani dapat bekerja di lahan pertanian milik pribadi
atau perusahaan, dan dapat menggunakan teknologi modern atau tradisional dalam
pengelolaan tanah dan tanaman. Petani memiliki peran penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat dan mempertahankan ketahanan pangan nasional.
Selain itu, petani juga berkontribusi dalam pengembangan ekonomi dan
pembangunan pedesaan.
Nasib Petani Indonesia di Tahun 2024
(Foto oleh Marcus Chung dari iStockphoto) |
“Di 2045 Indonesia diprediksi
mengalami masalah pada jumlah petani di Indonesia seperti yang dialami Jepang
saat ini,” kata Erick Thohir, Selasa (19/12/2023).
Sudah saatnya pemerintah membuat
kebijakan yang pro terhadap petani dan bersama seluruh pemangku kepentingan
mewujudkan ekosistem yang transparan.
“Oleh karena itu, digitaliasasi
distribusi pupuk penting untuk segera dilakukan. Saya yakin dengan kerja sama
semua pihak kita bisa berhasil,” ujarnya.
Di sisi lain, Erick pun sangat
mengapresiasi sosok inspiratif pahlawan pangan nasional seperti yang dilakukan
seorang petani buah naga yang berasal dari desa Tambakrejo, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Edy Lusi.
Sempat menjadi TKI di Taiwan
pada 2010, Edy memilih pulang kampung untuk menikah dan mulai berbisnis. Karena
kecintaannya pada buah naga, perlahan Edy mempelajari seluk beluk buah naga
secara menyeluruh.
Pada 2013, Edy mengamati buah
naga yang ditanam di bawah lampu penerangan jalan dapat berbuah di luar musim
panen. Sejak itulah, Edy berani mencoba menggunakan lampu pada tanaman buah
naga. Sebagai permulaan, Edy mulai menanam buah naga dengan penerangan lampu di
malam hari.
Rupanya, uji coba itu berhasil
dan tanaman buah naga berbuah di luar musim. Mulai 2015, Edy tak lagi
menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar untuk menghasilkan listrik. Dia
mulai menggunakan listrik dari PLN. Hasilnya, ongkos produksi jauh berkurang.
Ide inovatif ini mampu meningkatkan produktivitas petani buah naga sampai
dengan 200% menghasilkan omzet per bulan lebih dari Rp50 juta.
Edy pun menciptakan lampu LED khusus untuk pertanian buah naga, yaitu PANABA Led. Dengan menggunakan lampu khusus buah naga tersebut selain watt-nya kecil, juga bagus untuk penerangan perkebunan buah naga. Sejak itu, Edy mulai berbagi pengetahuan dengan petani-petani di desanya. Hingga desa Tambakrejo mendapat julukan sebagai desa buah naga.